Rabu, 01 Februari 2012

Profil Yogyakarta


Yogyakarta merupakan Ibukota Propinsi dari DIY yang merupakan satu dari 33 daerah Tingkat I yang ada di Indonesia. Yogyakarta sebuah kota yang kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).
Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi Ibukota negara Republik Indonesia. Disamping itu pada masa-masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, Yogyakarta memiliki peran yang sangat strategis seperti Perjuangan gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman, Serangan Umum 1 Maret, sampai dengan peranan Sri Sultan Hamengkubowono IX yang merupakan tokoh nasional yang berperan penting di masa-masa awal kemerdekaan. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebutan Yogyakarta sebagai kota budaya erat kaitannya dengan keberadaan Yogyakarta sebagai pusat budaya Jawa. Hal ini tidak lepas dari sejarah bahwa Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Kraton Yogyakarta merupakan simbol budaya adiluhung yang mencerminkan keberlangsungan pemerintahan di Yogyakarta sejak HB I sampai saat ini yang masih eksis. Di Indonesia hanya di Yogyakarta yang masih mengakui raja sebagai kepala pemerintahan (Gubernur).

Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan dari manca negara. Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia. Universitas Gadjah Mada adalah Universitas tertua di Indonesia, yang sangat terkenal sebagai kampus kerakyatan dan lulusannya telah tersebar di seluruh Indonesia. Disamping itu banyak juga perguruan tinggi lain yang jumlahnya sangat banyak dan beragam jurusan yang dimiliki.
Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam.
Disamping itu, terdapat tidak kurang dari 70.000 industri kerajinan tangan, dan sarana lain yang amat kondusif seperti fasilitas akomodasi dan transportasi yang amat beragam, aneka jasa boga, biro perjalanan umum, serta dukungan pramuwisata yang memadai, tim pengamanan wisata yang disebut sebagai Bhayangkara Wisata. Potensi ini masih ditambah lagi dengan letaknya yang bersebelahan dengan Propinsi Jawa Tengah yang memiliki Candi Borobudur, sehingga menambah keragaman obyek yang telah ada. Ragam spesisifikasi obyek dengan karakter dan keunikan seperti Kraton, Candi Prambanan, kerajinan perak di Kotagede. Spesifikasi obyek ini msih didukung oleh kombinasi obyek fisik dan obyek non fisik dalam paduan yang serasi. Kesemua faktor tersebut memperkuat daya saing DIY sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) tidak saja bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sebutan Prawirotaman dan Sosrowijayan sebagai 'kampung internasional' membuktikan kedekatan atmosfir Yogyakarta dengan 'selera eksotisme' wisatawan mancanegara.

Yogyakarta memiliki beberapa kekuatan daya tarik, seperti iklim yang baik, atraksi pemandangan yang beragam, budaya yang menarik dan sejarah, masyarakat yang ramah dan bersahabat, akomodasi khas, gaya hidup, harga yang pantas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar